Catatan Ramadha Lianda
Friday, April 17, 2015
Renungan Sejarah
ketika mendengar kata "sejarah" orang pasti berfikir tentang kekunoan yang sudah ketinggalan zaman yang tidak berlaku lagi dimasa sekarang. namun, perlu diketahui bahwasanya sejarah merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang dan masa depan sehingga manusia dapat hidup seperti sekarang ini yang serba kemudahan dan kemajuan.
#RenunganSejarah
Monday, April 6, 2015
Pesona Destinasi Air Terjun Kuta Malaka
Kuta
Malaka merupakan kecamatan yang berada di kabupaten Aceh Besar. Kecamatan Kuta
Malaka Berjarak lebih kurang 30 km dari Pusat Kota Banda Aceh. Kuta Malaka
terdapat tempat destinasi wisata tersembunyi yang berada di pegunungannya
berupa air terjun yang masih natural sehingga menimbulkan rasa penasaran untuk
pergi ke tempat tersebut.
Rasa
penasaran saya akhirnya tercapai pada hari minggu (05/04/15) saya dan
kawan-kawan berangkat dari Gampong Kajhu ke Kuta Malaka sekitar jam 11:00 WIB
dengan mengendarai sepeda motor. tepat jam 11:50 WIB kami tiba di simpang Kuta
Malaka di wilayah mukim Samahani. Setelah mengendarai sepeda motor selama
beberapa menit atau tepatnya jam 12:04 WIB kami menjumpai anak sungai yang
kedalamannya sekitar 30 cm setelah melewati sungai yang pertama. Kami melanjutkan
kembali perjalanan, dua menit kemudian kami menjumpai lagi anak sungai yang
hampir sama dengan anak sungai pertama tadi. Jam 12:09 kami juga menjumpai anak
sungai ketiga semenit kemudian kami menjumpai anak sungai keempat, pada jam
12:14 kami berhasil melewati anak sungai kelima.
Setelah
melewati rintangan lima anak sungai kami langsungsung dihadapkan rintangan yang
tidak kalah ekstrim yaitu mendaki gunung yang jalannya berbatu sekitar 15
menit, ditengah-tengah pendakian kami rehat sejenak sambil foto-foto alam di
bawah gunung, setelah rehat kami melanjutkan kembali perjalanan sampai di
tempat posko pengambilan tiket masuk ketempat air terjun.
Setelah
membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000 kami dihadapkan kembali dengan
rintangan yang lain yaitu menuruni anak tangga sekitar 15 menit, keringat yang
sudah bercucuran akhirnya terbayar sudah ketika melihat air terjun yang masih
natural dan masih ada nuansa hutannya. Setelah
berada di ari terjun selama lebih kurang 3 jam. Kami kembali ketempat posko
pengambilan tiket tersebut, dari sana kami mendaki lagi sampai kepuncak gunung
untuk mengabadikan gambar alam yang masih natural di sekitar pegunungan sekitar
satu jam kami berada dipuncak pegunungan tersebtu. Tepat jam 14:00 kami
kemudian kembali ke Banda Aceh.
Setelah
melihat, mengamati, saya berharap kepada pihak-pihak yang terkait agar tetap
menjaga kelestarian tempat wisata kuta Malaka ini dan juga
fasilitas-fasilitasnya terus di perbaiki seperti jalan sebagai akses untuk
menuju ketempat tersebut dan juga mendirikan beberapa kafetari.
Sunday, March 29, 2015
Makna Hari Dalam Kepercayaan Masyarakat Kluet
Makna hari dalam kepercayaan masyarakat Kluet di ambil dari tahun hijriah, adapun makna hari-harinya adalah sebagai berikut:
1.
Satu hari bulan yaitu Allah menjadikan
Adam kalau sakit lekas sembuh, dan jika bertanam baik.
2.
Dua hari bulan yaitu kijang nama
binatangnya, Allah menjadikan aras, kursi pada hari itu, barang kerja baik,
jika berjalan baik hari siang dan malam.
3. Tiga hari bulan yaitu harimau nama
binatangnya, tidak baik, Allah menciptakan bumi pada hari itu, jika mau
berjalan pagi-pagi sebelum terbit matahari. (nahas)
4.
Empat hari bulan yaitu kucing nama
binatangnya, amat baik, karena Habil dijadikan Allah pada hari itu, barang
kerja baik, jika beranak tidak baik.
5.
Lima hari bulan yaitu tupai nama
binatangnya, tidak baik, barang kerja tidak baik, karena nabi Adam dikeluarkan dari
surga pada hari itu. (nahas)
6.
Enam hari bulan yaitu kerbau nama
binatangnya, kalau sakit cepat sembuh, berlayar lekas tiba (gua emas).
7.
Tujuh hari bulan yaitu tikus nama
binatangnya, kalaulah sakit susah sembuh.
8.
Delapan hari bulan yaitu lembu nama
binatangnya, memulai pekerjaan baik karena Allah menjadikan nabi Nuh pada hari
itu. (baik semua)
9.
Sembilan hari bulan yaitu anjing nama
binatangnya, amat jahat, semua pekerjaan tidak baik. (nahas)
10. Sepuluh
hari bulan yaitu naga nama binatangnya, maha baik, berperang baik, bertanam
baik, beranak baik panjang umur.
11. Sebelas
hari bulan yaitu kambing nama binatangnya, amat baik, karena pada hari itu nabi
Adam dimasukkan ke dalam surga, barang kerja baik, lahir pada hari itu baik,
dilanjutkan umur, mudah rezeki, berita baik, bertanam baik.
12. Dua
belas hari bulan, Mayang nama binatangnya, jika beranak baik, murah rezeki,
jika sakit lekas sembuh, menuntut ilmu baik, membuat rumah baik, berlayar
jahat, menyerang jahat.
13. Tiga
belas hari bulan, gajah nama binatangnya, jika beranak baik, berniaga baik,
mudah rezeki, sakit lekas semubuh, jika menyerang baik.
14. Empat
belas hari bulan, Singa nama binatangnya, berniaga amat baik, besar labanya,
barang kerja baik, beranak amat baik, bertanam baik, sakit lekas sembuh, barang
kerja diselamatkan Allah.
15. Lima
belas hari bulan, ikan nama binatangnya, barang kerja menjadi, beranak amat
baik, berbakti kedua Ibu Bapak, kemana pergi akan selamat pulang pergi, jika
lari lekas dapat, lahir pada hari itu rupa yang bagus, bertanam baik karena
Allah menjadikan Saidina Ali Karamallahu Wajhahu pada hari itu, berperang
menang.
16. Enam
belas hari bulan, babi nama binatangnya, amat jahat (nahas), barang kerja
jahat, jika beranak gila, bertanam mahal hidup, jang perbuat satu apa pun pada
hari itu. Wallahu alam.
17. Tujuh
belas hari bulan, elang nama binatangnya, amat baik, kerja baik, bertanam baik,
berniaga baik, beranak baik, mencuri baik, berlayar baik, menghadap raja
selamat.
18. Delapan
belas hari bulan, lipan nama binatangnya, maha baik, kerja baik, karena Allah
menjadikan Nabi Isa, Nabi Yaqub, Nabi Yusuf, Matahari, Bulan dan Bintang pada hari itu, jika bernak menyakiti
ibu bapak tapi berbakti kepada Allah, jika berlayar selamat pulang pergi.
19. Sembilan
belas hari bulan, Kiambang nama binatangnya, karena Allah menjadikan Nabi
Ismail pada hari itu, jika bernak menjadi kaya, murah rezeki, berbakti kepada
Allah, pergi jahat, menyerang baik, jika diserang jahat.
20. Dua
puluh hari bulan, hantu nama binatangnya, jika beranak jadi kaya, jika hilang
lekas dapat, jika pergi nahas besar.
21. Dua
puluh satu hari bulan, air nama binatangnya, mahal jahat, jika beranak
berpenyakit, jika hilang dapat, barang kerja tidak baik.
22. Dua
puluh dua hari bulan, udang nama binatangnya, Allah menjadikan malaikat pada
hari itu, beranak berbakti kepada Allah dan dua Ibu Bapak, barang kerja
selamat, sakit lekas sembuh, hilang dapat.
23. Dua
puluh tiga hari bulan, elang nama binatangnya, barang kerja baik, beristeri
baik, beranak baik, bertanam baik, berlayar baik, berniaga baik, menghadap raja
baik.
24. Dua
puluh empat hari bulan, Pari nama binatangnya, terlalu jahat karena Fir’un
dijadikan pada hari itu, beristeri tidak kekal (nahas).
25. Dua
puluh lima hari bulan, katak nama binatangnya (nahas), amat jahat, jika bernak
amat jahat, durhaka karena iblis dijadikan pada hari itu (nahas besar)
26. Dua
puluh enam hari bulan, pukang nama binatangnya, amat baik, kerja baik, beristeri
baik, beranak baik, bertanam semua baik.
27. Dua
puluh tujuh hari bulan, kera nama binatangnya, amat baik, jika beranak berbakti
kepada Allah dan kedua Ibu Bapak karena Allah menjadikan nikmat pada hari itu,
banyak baja tasbih pada hari itu.
28. Dua
puluh delapan hari bulan, laba-laba nama binatangnya, barang kerja baik,
berniaga baik, bertanam baik, beristeri baik, berlayar baik, mendirikan rumah
baik, beranak durhaka kepada kedua Ibu Bapak, hilang lekas dapat.
29. Dua
puluh sembilan hari bulan, udang nama binatangnya, barang kerja baik, berniaga
baik, berlayar baik, beristeri baik, bertanam baik, beranak tidak baik, sakit
lekas sembuh, jika lari tidak dapat.
30. Tiga
puluh hari bulan, kala nama binatangnya, maha baik, kerja baik, beristeri baik,
berlayar baik, bertanam baik, hilang segera dapat, beranak berbakti kepada
Allah dan kedua Ibu Bapak, (semua baik).
Bukti Kuatnya Syariat Islam Pada Masa Sultan Iskandar Muda
SULTAN Iskandar Muda bergelar Tun Pangkat Darma Wangsa sangat ketat dalam
menjalankan Syariat Islam di Aceh. Pada masanya memerintah, ratusan
masjid didirikan di daerah dan meunasah yang merata di setiap gampong.
Seperti
dituliskan dalam Kitab Bustanussalatin karangan Nuruddin Ar-Ranirry,
raja Aceh tersebut selalu menganjurkan seluruh rakyatnya untuk
menjalankan syariat secara kaffah. Hukum kerajaan juga didasarkan kepada
Alquran dan Hadist. Sehingga seluruh elemen masyarakat pada masa itu
enggan melanggar syariat yang telah ditetapkan.
Dalam kitab
Bustanussalatin juga dijelaskan bagaimana Sultan Iskandar Muda begitu
berpihak pada rakyat. Hal tersebut dibuktikan dalam setiap Jumat yang
dijalaninya turut membawa berbagai macam hadiah dan sedekah untuk
diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu.
Masa pemerintahan dia, Aceh kemudian dijuluki dengan negeri Serambi Mekkah sehingga melahirkan sebuah filosofi ; "Adat Bak Po Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah Kuala, Qanun Bak Putroe Phang, Reusam Bak Laksamana". Po
Teumeureuhom adalah lambang pemegang kekuasaan. Syiah Kuala adalah
lambang hukum syariat atau lambang agama dari Ulama. Qanun adalah
lambang perundang-undangan yang berdasarkan Islam dan adat istiadat.
Reusam adalah lambang dari tata cara pelaksanaan adat dari para peutua
adat dan juga berlandaskan pada Islam.
Pengembangan nilai-nilai hukum dan budaya ini mengacu pada sumber asas Kerajaan Aceh lainnya, yaitu: "hukom ngen adat lagee zat ngen sifeut". Azas ini mendeskripsikan hukum adat tidak bisa dipisahkan dari hukum syariat Islam.
Penetapan
Syariat Islam oleh Sultan Iskandar Muda ini dipertegas dengan diberikannya
hukuman kepada anaknya yaitu Meurah Pupok. Padahal, putranya tersebut
merupakan satu-satunya penerus Kesultanan Aceh.Berdasarkan literatur
Bustanussalatin dan keterangan dari pamplet yang tertera di makam
Meurah Pupok di Komplek Peutjut (Kherkoff), di Banda Aceh, menerangkan
putra mahkota ini terpaksa di pancung karena berzina. Dia melakukan hal
itu dengan seorang istri perwira muda pelatih angkatan perang Kerajaan
Aceh Darussalam.
Perbuatan mesum mereka diketahui oleh suaminya
ketika pulang dari tempat pelatihan perang di Blang Bladeh (sekarang
adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Meukek, Aceh Selatan).
Meurah Pupok berhasil kabur, namun naas bagi istri perwira muda
tersebut. Dia mati di ujung pedang suaminya sendiri saat itu juga akibat
kemarahan dan rasa malu yang diemban panglima muda itu.
Aib tersebut
kemudian dilaporkan kepada Sultan Iskandar Muda. Panglima muda ini
mendatangi sultan dengan ayah mertuanya. Setelah mendapat laporan
tersebut, sultan segera memerintahkan Seri Raja Panglima Wazir Mizan
(Menteri Kehakiman) untuk menyelidiki hal tersebut.
Tak lama
kemudian, Meurah Pupok berhasil ditemukan dan ia mengakui perbuatannya
dan meminta maaf kepada ayahnya dan juga kepada sang perwira muda.
Setelah mendengar pengakuan tersebut, sultan memutuskan memberi hukuman
mati pada pewaris tahtanya tersebut.
Keputusan ini dicegah oleh
banyak pihak dalam istana Darud Donya termasuk Seri Raja Panglima Wazir
Mizan. Semua pembesar kerajaan bahkan Menteri Kehakiman telah berusaha
membujuk agar hukuman itu tidak dilaksanakan. Akan tetapi Sultan tetap
pada keteguhannya, bahwa hukum harus ditegakkan.
"Aku akan menerapkan
hukum kepada putera mahkota dengan hukum yang seberat-beratnya. Dan
akan kupenggal kepalanya dengan tangan ku sendiri karena telah melanggar
hukum dan adat negeri ini," ujar Sultan Iskandar Muda.
Keteguhan
Iskandar Muda dan watak kerasnya tersebut juga ditulis oleh Denys
Lombard dalam buku berjudul Kerajaan Aceh. Denys Lombard mengutip
keterangan Beaulieu. Beualieu merupakan satu-satunya orang Eropa yang
berhasil masuk ke tengah-tengah pembesar kerajaan. Dari cerita
Beulieu, Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai tokoh yang cepat sekali
naik pitam. Kemarahan Sultan Iskandar Muda tidak ada yang bisa
mencegahnya.
Masih menurut Denys Lombard, gangguan saraf tersebut
diduga karena patologis yang diderita Sultan Sri Muda Perkasa Alam.
Beualieu juga menceritakan tentang tindakan sultan yang menyiksa dan
kemudian membunuh anaknya sendiri karena berzina. Dari peristiwa inilah muncul ungkapan yang sangat terkenal,"Matee Aneuk Meupat Jeurat, Gadoh Adat Pat Tamita", yang artinya adalah mati anak kuburannya ada, jika hilang adat kemana hendak dicari.
Jika terdapat kesalahan dalam tulisan ini, silahkan saudara tinggalkan komentarnya
Friday, March 27, 2015
SEJARAH DINASTI MUWAHHIDUN: Menelusuri Jejak Islam Pada Masa Kejayaan Dinasti Muwahhidun (1146-1269)
Terbentuknya
dinasti Muwahhidun dikarenakan kondisi Afrika Utara pada waktu kekuasaan
dinasti Murabbitun mulai Melemah.[1] Dinasti
muwahhidun ini pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh
seorang dari suku Masmuda yang bernama Ibnu Tumart, dia adalah seorang penganut
Asy’ariah, perlu diingat yang bahwa Ibnu Tumart itu adalah seorang khadam
penyapu lantai mesjid di Cordova.[2]
Ibnu Tumart adalah seorang sufi di mesjid Cordova karena dia melihat
sepakterjang dinasti Murabbitun yang keluar dari sunnah Nabi yang mana dinasti
ini menganut paham tajsim, paham ini menganggap bahwa tuhan memiliki bentuk.
Menurut Ibnu Tumart ajaran Islam di bawah Murabithun, mengalami
penyimpangan. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran
Islam, berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakan ini kemudian dikenal dengan
sebutan Muwahhidun artinya golongan yang berfaham tauhid. Meskipun Ibnu
Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahhidun, namun ia sendiri tidak
pernah menjadi Khalifah.Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya
sebagai panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti Muwahhidun selama 33 tahun
(1130-1163) dengan membawa kemajuan pesat. Di Marakesi dakwahnya tidak berhasil
dan di tempat tersebut dia membawa murid nya yaitu Abdul Mu’min kelak dia akan
menjadi penerus Ibnu Tumart. Setelah itu Ibnu Tumart pergi ke Tanmal.
Setelah
datang ke Tanmal Ibnu Tumart menyusun Kekuatan, yang pertama dilakukan adalah
memberantas paham golongan Murabbitun yang telah menyimpang dari ajaran Islam
dan mengajak masyarakat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar walau pun dengan
kekerasan Ibnu Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas
kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam
mendakwahkan prinsipnya, Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan.
Seperti yang dilakukannya kepada saudara perempuan seorang gebernur di kota
Fez, dengan cara memukul gadis tersebut karena tidak memakai kerudung. Bahkan
tradisi seperti minuman khamar, musik dan kesenangan terhadap pakaian yang
mewah, ditentang habis-habisan oleh Ibnu Tumart. Sikap keras yang diperankan
oleh Ibnu Tumart ini ditentang oleh sebagian besar masyarakat, terutama ulama
dan penguasa. Namun dakwahnya mendapat dukungan dari berbagai suku Berber
seperti suku Haraqah, Hantamah, Jaduniwiyah, dan Janfisah.
Setelah
mendapat pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka
di sukunya, pada tahun 1121 M ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad
untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip ketauhidan.
Untuk menyebarkan dakwahnya di sebarkanlah da’i-da’i keberbagai daerah untuk
mengajak kebenaran dan meninggalkan kebiasaan yang buruk. Kepada pengikutnya
dia menyerukan supaya mendirikan shalat tepat waktu, berakhlak terpuji, taat pada
undang-undang, membuat wirid yang dibuat oleh imam Mahdi dan mendalami
kitab-kitab aqidah al-Muwahhidun.
Untuk memperkuat diri dibentuklah
kota sebagai pusat pemerintahan, yaitu suatu daerah di bagian Selatan Maroko,
dan dari sini pulalah dilancarkan seruan perang suci untuk
menaklukan daerah-daerah sekitarnya. Sarana utama yang
digunakan dalam mengkoordinir kegitan jama’ah, Ibnu Tumart
membangun sebuah Mesjid yang megah di Ibu kota Dinasti Muwahhidun. untuk
membentengi diri dari dalam, maka dibentuklah dewan, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Dewan
Menteri (ahlal-syarah/ahl-al-jama’ah) terdiri dari sepuluh orang pembai’ah
al-Mahdi sebagai kepala da’i dari kalangan murid-murid, salah satunya adalah
Abdul Mu’min.
2. Dewan
Majelis pemuka suku yang menjadi wakil tiap suku, jumlahnya lima puluh orang
(al-Khamain), dan
3. Majelis
Rakyat, terdiri dari para murid (al-Thalabah), keluarga al-Mahdi (ahl al-dar),
kabilah Hurghah dan orang awam (ahl Timal) Tanmaal.[3]
Pada
perang pertama dengan Murabithun terjadi ketika Gubernur Sus dengan pasukannya
menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun, tetapi
pasukan itu dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun, kemenangan pertama ini
membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk melakukan serangan
ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahiddun berusaha menaklukan
Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.
Setelah
mempunyai pengikut yang besar, maka pada tahun 1129 dengan jumlah pasukan
40.000 orang dibawah komando Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, mereka
menyerang kota Marrakesey, sebagai salah satu kota penting dalam dinasti
Murabithun, perang tersebut disebut dengan nama “Perang Buhairah”. Dalam
peperangan ini pihak Muwahhidun menderita kekakalahan, banyak diantara
prajuritnya yang meninggal dan empat bulan kemudian Ibnu Tumart sendiri juga
wafat.
Setelah
Ibnu Tumart meninggal, Abdul Mukmin bin Ali, dibai’at sebagai penggantinya.
Setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh Dewan 10 orang. Ia diberi gelar
bukan Al-mahdi, melainkan Khalifah. Pada masa Ia diberi gelar bukan Al-mahdi,
melainkan Khalifah. Pada masa kepemimpinannya
inilah Muwahhidun banyak meraih kemenangan dalam beberapa peperangan.
Setelah
dinyatakan sebagai khalifah, langkah pertama dilakukannya adalah menundukkan
kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika
Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah
dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Aghmat. Setelah itu
Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh
wilayah Murabithun di kuasai Muwahhidun.
Sejak
Marrakesy dikuasai, pada tahun 1146 Abdul Mukmin bin Ali memindahkan ibu kota
pemerintahan dari Tinmal ke kota Marakesey dan dari sana ia menyusun ekspansinya
ke berbagai daerah, sehingga ia bisa menguasai Al-Jazair (1152), Tunisia
(1158), Tripoli–Libya (1160). Dalam masa pemerintahan Abdul Mukmin bin Ali
inilah, wilayah kekauasaan Al-Muwahidun membentang dari Tripoli hingga ke
Samudera Atlantik sebelah barat, merupakan suatu prestasi gemilang yang belum
pernah dicapai Dinasti atau Kerajaan manapun di Afrika Utara.
Pada
tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan puteranya
sendiri yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, Dalam masa
kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang dilakukannya ke
Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu Hafs,
mereka berhasil merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya
sendiri, dan berhasil menguasai wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia,
sekaligus menghancurkan pertahanan tentara Kristen di daerah Lissabon (ibu kota
Portugal saat ini), sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang mengakibatkan
kematiannya.
Abu
Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat
kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan kepada
Bahaduun, panglima Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil
mematahkan Alfonso VIII setelah menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai
Toledo dan akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
Kemudian
Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di
Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah
ditaklukan memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.
Adapun
para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat kita sebutkan sebagai-berikut:
1. Ibn
Tumart (w.1130 M)
2. Abdul
Mu’min (w.1163 M)
3. Abu
Yaqub Yusuf ibn Abdul Mu’min (w.1184 M)
4. Abu
Yusuf Yaqub ibn Abu Yaqub Yusuf (w.1199 M)
5. Muhammad
ibn al-Nashir (w.1214 M)
6. Al-Muntashir
(w.1223 M)
7. Abdul
Wahid ibn al-Muntashir (w.1224 M)
8. Abu
Muhammad al-Adil(w.1227 M)
9. Al-Ma’mun
(w.1233 M)
10. Abdul
Wahid II (w.1243 M)
11. Al-Mutamid
(w.1266 M)
12.
Al-Wasiq.
Dalam
menjalankan hukum pada masa dinasti Muwahhidun, dinasti ini menggunakan hukum
syariat Islam, karna didasari oleh tujuan utama dari gerakan ini yaitu
menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, dan juga karena perkembangan paham tajsim
yang sudah berkembang pada masa dinasti Murabbitun. Sebagai buktinya salah
satunya pada masa kepemimpinan Ibnu Tumart Seperti yang dilakukannya kepada
saudara perempuan seorang gebernur di kota Fez, dengan cara memukul gadis
tersebut karena tidak memakai kerudung.
A.
Perkembangan
Yang Dicapai
Setelah
Abdul Mu’min dinobatkan sebagai Khalifah, dengan cepat dia melakukan penaklukan
terhadap daerah-daerah kekuasaan Murabbitun, dengan ditaklukannya kekuasaan
Murabbitun yang merupakan lahan-lahan yang subur serta jalur perdagangan, maka
terciptalah kemajuan pada dinasti Muwahhidun. Kemajuan yang dicapai dinasti
Muwahhidun adalah sebagai berikut:
1. Bidang
Politik
Adapun
daerah-daerah yang ditaklukan oleh dinasti Muwahhidun pada masa pemerintahan
Abdul Mu’min adalah sebagai berikut:
1. Tahun
1141 M wilayah di Fez, Couta, Tangier dan Aghmath.
2. Tahun
1145 M Andalusia
3. Tahun
1159 M Almeria, dan Gilbartan dijadikan pusat pemerintahan, dan
Tidak
jauh berbeda dengan ayahnya, sehingga usaha yang ditinggalkan oleh ayahnya Abu
Yaqub Yusuf ibn Abdul Mu’min lanjutkan. Dengan hasil, pada tahun 1172 M ia
menguasai kota Seville yang ia lanjutkan ke Toledo, namun ketika pasukannya
tiba di Santarem dekat Lisabon, mereka dihadang oleh tentara Kristen
mengakibatkan Abu Yakub Yusuf meninggal pada tahun 1181 M karena terluka waktu
pertemuan tersebut. Sepeninggal Abu Yakub Yusuf pimpinan pemerintah dipegang
oleh puteranya yang bernama Abu Yusuf Yakub al-Manshur. Masalah yang dihadapi
oleh al-Manshur ini juga tidak jauh berbeda dengan masa-masa penguasa
sebelumnya, yaitu menumpas para pemberontak, yang ada di Andalusia. Semua dapat
diatasi dan kota Bijaya (Bogie) dapat dikuasainya.
2. Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Kekuasaan
Dinasti Muwahhidun yang meliputi Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol), sangat
berimbang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat. Boleh dikatakan
bahwa tradisi keilmuan yang telah hilang di dunia Islam bagian timur, apalagi
akibat kesalah pahaman masyarakat terhadap saran al-Ghazali tentang 3 (tiga)[5]
hal pemikiran para filosof dengan mengatakan mereka kafir. Telah bangkit
kembali di dunia Islam bagian barat yang menjadi batu loncatan bagi transmisi
(berpindah) peradaban Islam ke barat, terutama pemikiran-pemikiran dari Ibn
Rusyd.[6]
Adapun para ilmuwan yang muncul pada masa dinasti Muwahhidun ini terutama pada
masa kepemimpinan Abdul Mu’min dan Abu Yakub Yusuf adalah sebagai berikut :
a. Ibrahim
bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu, namun
sayangnya penulis belum menemukan kitab karangannya.
b. Al-Hafidz
Abu Bakr bin al-Jad seorang ahli fiqh, dengan karyanya yang berjudul Al-Taysir fi al-mudawat wal tadbir.
c. Ibnu
al-Zuhr ahli kedokteran, ia mewariskan beberapa
kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia modern, seperti Kitab at-Taysir
fi al-Mudawat wa at-Tadbir (Perawatan dan Diet) dan Kitab al-Iktisad fi Islah
an-Nufus wa al-Ajsad ( Perawatan Jiwa dan Raga) yang berisi rangkuman berbagai
penyakit, perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan psikoterapi. Salinan kitab
ini masih tersimpan di Perpustakaan Istana di Rabat. Karyanya yang lain adalah
Kitab al-Aghdia wa al-Adwya (Nutrisi dan Obat). Dalam kitab itu, Ibnu Zuhr
menjelaskan beragam jenis makanan bergizi, obat-obatan, serta dampaknya bagi
kesehatan risalah. Dua salinannya masih tersimpan dengan baik di Perpustakaan
Istana di Rabat. Lewat karya-karyanya itulah pemikiran Ibnu Zuhr hingga kini
tak pernah mati.[7]
d. Ibn
Bajjah (533 H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of Solitary dan Tadbir
al-muttawahid. Karyanya yang populer adalah Risalah
al-Wida. Dalam kitab itu, Ibnu Bajjah menceritakan tentang ketuhanan, kewujudan
manusia, alam, dan uraian mengenai bidang perobatan. Ia
juga seorang ahli musik yang disebut Avenpace atau Abenpace.
e. Ibnu
Thufail (581 H/ 1105-1185 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan. Ia juga dikenal
sebagai seorang dokter, ahli geografi dan juga dianggap sebagai penyair
Andalusia atau yang dikenal dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isibily.[8]
f. Ibnu
Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, fikih,
ahli hukum, ahli astronomi juga seorang poplemik atau dikenal dengan sebutan
Averrous/Averroisme di Barat, dengan karyanya al-Kulliyat yang berisi kajian ilmiah tentang kelopak mata, Tahafut al-Tahafut, Fashl fima bayn
al-syari’ah wa al-hikmah min al-Itishal.[9]
3. Bidang
Arsitektur
Bidang arsitektur dapat dilihat bangunan
menara Giralda pada Mesjd Jami’di Selville, Bab
Aquwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko dan menara Hasan
di Rabath. Juga mendirikan rumah sakit di Marakesy yang tidak tertandingi.
4. Bidang
Ekonomi.
Dalam bidang
ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia dan
menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa.
Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung,
kantor, loji dan pemungutan pajak.
Kesimpulannya ialah Kekuasaan Muwahhidun tumbuh dan
berkembang di Afrika Utara dan Spanyol adalah karena ingin memurnikan ajaran
Islam yang telah dikotori oleh orang-orang Murabhitun pada fase akhir
kekuasaannya. Dinasti ini mampu meraih kejayaan karena pemimpin yang kuat serta
cinta ilmu pengetahuan. Kehadiran dinasti ini telah membuka mata orang barat
untuk mengejar ketertinggalannya dari umat Islam, apalagi setelah ajaran Ibn
Rusyd telah mempengaruhi para pelajar barat.
[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), hlm. 170
[2] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005),
hlm 309
[3] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana,
2007), hlm.137
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), hlm. 99
[5] Tiga hal tersebut yaitu :
1. Masalah qadimnya alam
2. Masalah Tuhan tidak mengetahui yang juz’iyyat (parsial)
3. Masalah Kebangkitan Jasmani di Akhirat
[6]Busman Edyar, dkk. Sejarah Perdaban Islam, (Jakarta:
Pustaka Asatruss, 2009), hlm. 133
[7]
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/01/m1scm2-inilah-ilmuwan-legendaris-dari-zaman-almurabitun
[8] Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 187
[9] Ibid., hlm. 192
Subscribe to:
Posts (Atom)